Cerpen - KETIKA EMOSI MENGUASAI DIRIMU


 Assalamu'alaikum Wr.Wb.
 Pada kesempatan ini saya akan share salah satu karya saya yaitu berupa cerpen
Ini adalah salah satu cerpen buatan saya sebagai tugas dari sekolah.
NB : Cerpen ini belum ditelaah & masih original... hehe

Salis Qodri Mufti Muhammad / 29 / 9I / MTsN 3 Malang

Ketika EMOSI Menguasai Dirimu
“Allahu Akbar, Allahu Akbar” Adzan berkumandang, tanda waktu shubuh telah tiba. Entah mengapa pagi itu sangat sejuk, serasa badan ini gampang untuk dibangunkan. Aku segera mengambil wudhu dan melaksanakan Ibadah kepada sang Rabb. Perlahan-lahan sang mentari pagi bersinar redup dibalik megahnya gunung, menyinari dunia. Tetapi pagi itu, tiba-tiba firasatku berubah menjadi tidak nyaman, tapi ya sudahlah... Kupikir tidak akan terjadi apa-apa.
“Lis, ayo cepat, keburu kehabisan kursi nih...” kata Farhan sahabatku. “Iya iya, bentar, sabar dikit napa” Sahutku, kemudian kami pergi ke warnet. Ya, warnet, sudah kebiasaan kita pergi ke warnet tiap minggunya, apalagi pas liburan malah setiap hari, hehe...
Setibanya diwarnet kami menjumpai Ilham, rekan warnet kami. Aku menyapa Ilham. Rupanya dia lagi asyik nge-game dan hanya merespon dengan senyuman, sepertinya dia lelah.
”Ham belakang awas!, ada musuh!” seruku sambil bermain game CSGO, “Iya, aku tau” jawabnya dengan semangat.
Tak hanya Ilham, disini aku mengenal banyak teman, seperti Rehan, Farel, Mas Faiz, Cak Rohman, Lukman dan banyak lagi. Disini kita bukan cuma bermain game, tetapi kita dapat mengenal orang lebih dekat, dan lebih tau tentang wawasan komputer.
Setelah itu Ilham pulang lebih awal dari kami karena merasa kelelahan. Kami tetap diwarnet melanjutkan game kami. Beberapa jam kemudian, tepatnya sore hari setelah kami aku pulang, ibu Ilham menelponku, “Lis, kamu tahu Ilham dimana? kok jam segini belum pulang?” tanyanya sambil risau. “Tadi siang sudah pulang te anaknya..”. Aku pun juga mulai risau, aku hubungi semua temanku nge-warnet semuanya. Tidak ada satupun yang tau keberadaan Ilham. Orangtua Ilham pun melapor polisi.
Malam harinya, disaat udara mulai mendingin, ada sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak kukenal, “Halo, Apakah ini betul dengan ananda Salis?”. “Iya betul, ini siapa ya?” tanyaku sambil penasaran dan kebingungan. “Saya sekarang bersama Ilham, Siapkan uang 100 juta rupiah dalam 2 hari atau temanmu akan mati” tut.. tut... tut... (bunyi telpon terputus). Aku sempat bingung dan kemudian menghubungi polisi dan menghubungi teman-teman nge-warnet Ilham.
Tak lama kemudian, polisi datang. Teman-teman Ilham ditanya apakah mereka melihat Ilham. Ada salah satu temannya yang bilang “Aku tadi lihat Ilham didepan gang, dia dari warnet. Dia berjalan dengan satu pria yang tak kukenal”, pria ini dicurigai polisi sebagai pelaku, tetapi tidak ada bukti yang didapatkan. Itu merupakan info yang didapatkan polisi.
Keesokan harinya, udara masih terasa dingin, suasana masih terasa beku akibat sisa-sisa informasi semalam. Tiba-tiba telpon berbunyi, seketika lamunanku terpecah, bergegas aku mengangkat telpon. Rupanya suara yang terdengar dari seberang sana “Halo halo, ini Salis ya? ini aku Farhan”, “Ada apa Fan?” jawabku. “Katanya Ilham diculik ya?”, “Iya Fan, kenapa? darmana kamu tau?”, “Tadi ada yang telpon ke nomorku, tapi nomornya diprivat”.
“Hah??? lalu dia bilang apa?” tanyaku panik. “Tadi dia meminta uang 100 juta rupiah dalam 2 hari dan diberikan didepan parkiran belakang rumah sakit cempaka putih dalam koper hitam, dan jangan coba-coba mengajak polisi itu katanya. Terus aku harus gimana Lis?”.
Setelah Farhan menjelaskan, Aku menelpon polisi dan menjelaskan apa yang informasi yang didapat oleh Farhan. Setelah itu, kami pergi ke kantor polisi dan menyusun rencana penangkapan pelaku.
Udara masih menyengat. Sudah 3 hari kejadian berlalu, informasi yang diberikan Farhan masih belum cukup, karena polisi sudah berjaga dilokasi yang diinfokan Farhan justru mbleset. Semua yang disiapkan terasa gagal dan sia-sia saja. Kemudian hpku berdering, lagi-lagi telpon misterius itu menelponku, tanpa basa basi langsung ku angkat. Kebetulan disampingku ada 2 bapak polisi dan 1 detektif “Halo, kenapa kamu membawa polisi kesini? saya sudah bilang ke Farhan jangan coba-coba mengajak polisi datang kesini, bisa-bisa nyawa temanmu tidak selamat. Sekarang pergilah ke Bandara Juanda dengan membawa uang tersebut, letakkan uang tersebut didalam koper, letakkan diparkiran bandara dan jangan mengajak polisi satupun kali ini”. Kami menyusun rencana kembali dan mulai menjalankan rencananya.
Empat minggu lebih teror tersebut menghantui pikiranku dan teman-temanku. Siang malam telpon tersebut menyampaikan ancaman. Terhitung sejak hari kejadian, 48 kali telpon tersebut masuk dalam 29 hari.
Sebulan berlalu sejak hari kejadian ini berlangsung. Pada hari ke 30 ini, pelaku menelpon kembali. Pagi ini, suasana semakin suram. Pelaku menelpon ke 49 kalinya “Halah, saya mulai bosan, kenapa kamu selalu membawa polisi saat memberikan uang tersebut? kan saya sudah bilang, jangan membawa polisi satupun, kamu mau nyawa teman kamu melayang melalui tanganku ini?” lalu pelaku menutup telpon.
Dikesempatan ini polisi merekam suara si pelaku dan mengumpulkan semua teman Ilham. Rekaman tersebut diputar dan Mas Faiz bilang “Sepertinya aku mengenal suara ini deh..., inisialnya AJ, dia dari kampung sebelah”. Polisi akhirnya menemukan informasi baru. Dengan membawa beberapa personil dan 1 detektif, polisi menggrebek kediaman AJ.
Aku yang juga merupakan saksi terjun kelokasi dalam penggrebekan tersebut bersama Farhan. Selama perjalanan aku berbincang dengan Farhan dan menemukan hal yang terlihat janggal. Kenapa pelaku bisa mengetahui namaku dan tahu nomorku serta nomor Farhan?, kenapa menelpon aku dan Farhan, bukan orangtua Ilham sendiri?. Aku bertanya kepada detektif dan menjelaskan apa maksudnya. “Bisa jadi pelaku tersebut orang dalam yang memiliki dendam dan kenal dekat dengan kalian” jawab sang detektif.
Bagaikan kilat, rumah pelaku digrebek dengan sangat cepat dan sigap. Pelaku ditangkap dan diinvestigasi nantinya. Kami berkeliling bersama detektif mencari barang bukti. Aku menemukan sebuah foto yang disembunyikan. Alangkah terkejutnya aku melihat foto tersebut. Ada gambar Ilham bersama pelaku yang bukan lain adalah teman akrab Ilham. Benar kata detektif, pelakunya adalah  teman dekat Ilham yang bukan lain teman aku juga.
Keesokan harinya, saat sang surya setinggi tombak, pelaku diinvestigasi. Aku diberi hak untuk bertanya, “Kamu yang menculik Ilham?”, “Ya, Aku yang menculiknya... hahaha, aku membunuhnya saat kutangkap hari itu dan aku merasa bahagia” ujar pelaku sambil tertawa senang. “Wah psikopat nih orang” bisikku dalam hati. “Kalau kamu yang membunuh, dimana mayat Ilham sekarang?”, “Aku sembunyikan diladang supaya kalian tidak dapat menemukannya”. Polisi dengan sigap langsung terjun kelokasi mencari mayat Ilham dan menemukannya dalam kondisi tidak baik. Mayat Ilham pun dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi.
Farhan menyambung pertanyaanku pada si pelaku “Kenapa kamu membunuh Ilham?”, “Aku sengaja membunuhnya karena aku dendam, dia pernah menentang aku dan aku tidak terima”.”Tidak, Ilham tidak pernah menentang, dia hanya menasehati, pasti nafsumu saja yang tidak bisa menerima nasehat tersebut”. Pelaku sadar akan kesalahannya dan meminta maaf kepada keluarga korban. Keluarga korban menerima maaf si pelaku. pelaku dihukum penjara oleh pihak keadilan sesuai tingkat perbuatannya.
Sore ini, suasana yang begitu lega. Akhirnya aku dapat menghirup udara segar kembali karena masalah yang melelahkan ini sudah terselesaikan dengan baik..., Alhamdulillah... walaupun kita kehilangan salah satu rekan kita. Disini kita mendapat pelajaran yang berharga bagi kehidupan, Jangan biarkan EMOSI Menguasaimu. Tanpa pengendalian, emosi juga bisa merusak kehidupan kita.

  Terimakasih telah membaca:) Semoga bermanfaat...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Download Sample Terbang Al Banjari